Browser not supported

Wednesday, December 12, 2012

dzikir dan doa pembuka rizqi


Banyak penelitian membuktikan bahwa ketika seseorang mengalami ketegangan atau stres, Ia menjadi rentan terhadap penyakit fisik, penderitaan mental, emosional, serta kecelakaan.
Otak,rambut,kulit mulut,paru, jantung,sistem pencernaan, organ reproduksi, ginjal, otot, adalah beberapa bagian tubuh yang dipengaruhi langsung oleh stres.
Stres selain menimbulkan penyakit, juga terbukti memperlambat proses kesembuhan.
Otak yang merupakan pusat kehendak dan keyakinan memiliki hubungan langsung dengan sistem penyembuhan alamiah tubuh. Otak secara otomatis dan kontinyu berkomunikasi timbal balik dengan sistem kekebalan tubuh, sistem kardiovaskular, dan semua sistem organ pokok dengan melepaskan hormon dan bahan kimia lainnya dari sel-sel saraf.
Otak juga berkomunikasi dengan sistem kekebalan dalam darah melalui hormon dan protein darah lainnya, yang disebut sitokin.Otak juga mengirim sinyal pada saraf tulang belakang dan memerintahkannya untuk memperlambat atau mempercepat transmisi rasa sakit.
Ilmuwan menduga bahwa peran otak tersebut harus ada supaya kehidupan sosial, psikologis, dan spiritual terhubung dengan tubuh fisik, sehingga semuanya berkerja sama untuk menghasilkan kesembuhan.
Dalam bukunya The Healing Power of Prayer, Chester L. Tholson dan Harold G. Koenig mengatakan : ” Suatu depresi mental, kecemasan yang hebat, atau kekakuan yang disebabkan rasa bersalah atau kebencian tampaknya telah menutup jalur kesembuhan alamiah. Di sinilah doa berperan.”
Mengapa doa berperan dalam kesembuhan? Doa yang banyak diartikan sebagai dialog, penyerahan dan permohonan tulus kepada ALLOH SWT, penting dilakukan supaya terjadi sinergi yang melibatkan ALLOH SWT, pasien, dokter/penyembuh, dan ilmu pengetahuan demi kesembuhan total.
Sekadar catatan: Healing berasal dari kata Anglo-saxon yang berarti ” untuk membuat utuh”. Mengingat penyakit kebanyakan disebabkan oleh pikiran, kesembuhan total/utuh atau tidak akan terjadi tanpa ,memulihkan kondisi pikiran.

MEMBERSIHKAN JALUR
Isi pikiran negatif yang menjadi penyebab stres atau ketegangan merupakan faktor sangat penting untuk diatasi dalam proses penyembuhan. Doa ibarat kita menelepon kekasih. Agar dialog dapat berlangsung jelas dan bermakna, saluran harus bersih. Isi pikiran yang negatif itulah pengganggu saluran komunikasi kita dengan ALLOH SWT.
Bagaimanapun manusia terdiri dari trinitas: tubuh, pikiran, dan roh. Rileksasi merupakan cara yang penting untuk dilakukan sebelum kita berdoa.

OTAK KITA KETIKA BERDOA
Ada orang yang membedakan antara meditasi dengan doa. Jika doa disebut sebagai pertemuan atau dialog dengan Tuhan, meditasi dianggap sebagai refleksi mendalam yang memungkinkan seseorang terhubung dengan alam semesta. Namun, alat kedokteran yang objektif ternyata merekam kedua aktifitas tersebut sebagai sesuatu yang sama.
Ketika orang yang melakukan meditasi menghalau semua pikiran dari benak, ternyata aktifitas dalam amygdala ( bagian otak yang memantau lingkungan dari ancaman dan mencatat ketakutan) diredam.

Sirkuit Lobus Parietal ( bagian otak yang menyesuaikan diri dengan ruang, menandai perbedaan tajam antara diri dan dunia) menjadi tenang pula. Sirkuit Lobus Frontal dan temporal (bagian otak yang menandai waktu) dan membangkitkan kesadaran diri) dapat dilepaskan.
Dengan keadaan seperti itu, orang yang bermeditasi menjadi sangat rileks, sehingga memungkinkannya untuk bersatu dengan alam semesta. Pendek kata, dari hasil penelitian, terjadi perubahan radiologis di dalam otak ketika seseorang melakukan meditasi ala Tibet.
Perubahan yang sama ternyata terjadi pula pada biarawati Fransiskan yang otaknya dimonitor menggunakan SPET-scanning.Ketika melakukan doa mendalam hingga merasakan kehadiran Tuhan, otak biarawati tersebut menunjukkan perubahan seperti yang terjadi pada para pelaku meditasi ala Tibet.
Apa yang dapat kita catat dari hasil riset tersebut? Bahwa ada upaya ilmiah untuk membuktikan pengaruh doa terhadap otak manusia.

BERAGAM HASIL RISET TENTANG DOA
Banyak riset telah dilakukan oleh para ilmuwan, khususnya di negara barat, tentang manfaat doa dan religiositas bagi kesehatan, penyembuhan maupun kasus bunuh diri.
Sejumlah riset membuktikan antara lain bahwa orang yang tidak religius ataupun tidak mendapatkan intervensi doa, lebih tinggi resikonya untuk melakukan bunuh diri, lebih rendah tingkat kesembuhan dari penyakit, lebih tinggi resikonya untuk mengalami sakit, dan lebih rentan terhadap penyakit.

Berikut ini contoh hasil riset yang pernah dilakukan:
* Sebuah riset longitudinal (8-10 tahun)yang dilakukan oleh Robbins dan Metzner terhadap 2.700 orang membuktikan bahwa angka kematian pada kelompok yang rajin berdoa atau beribadah lebih rendah dibanding dengan kelompok yang tidak rajin.
* Riset yang dilakukan oleh Zuckerman,Kals, dan Ostfield terhadap warga lanjut usia pun membuktikan hal yang sama: kelompok lanjut usia yang rajin berdoa terbukti lebih panjang umur dibandingkan dengan yang tidak rajin berdoa.
* Penelitian yang dilakukan Cancerellaro, Larson, dan Wilson terhadap para pecandu alkohol, narkotika, dan pasien gangguan jiwa skizofrenia (gila) membuktikan rendah/ tidak adanya komitmen terhadap agama. Riset juga membuktikan bahwa terapi atau pengobatan yang diberikan kepada mereka berhasil secara optimal bila disertai terapi doa.
* Barry Rosenfeld dan kawan-kawan dari Fordham University dan William Breitbart dari Memorial Sloan Kettering Cancer dalam riset yang dipublikasikan tahun 2003 membuktikan adanya efek spiritualis menawarkan proteksi atau memberikan efek penyangga dalam melawan keputusasaan pada pasien yang menganggap hidupnya kan segera berakhir.
* Riset lain juga membuktikan adanya kaitan antara sistem imun dengan tingkat spiritualis dan kondisi emosi.
Tiga ilmuwan mengukur tingkat spiritualis dan interleukin-6 (IL-6) pada darah pasien penyakit kanker terminal. Terbukti adanya kaitan antara tingkat fungsi imun tubuh dengan suasana hati yang baik dan IL-6. Sebagai catatan, IL-6 adalah protein pada sel-sel yang bekerja untuk mengatur fungsi sistem imun tubuh.
* Tahun 1998 sebuah studi di California menemukan bahwa 6 bulan setelah didoakan secara diam-diam ternyata tingkat kesehatan pasien AIDS terbukti membaik secara signifikan bila dibandingkan tingkat kesehatan kelompok pasien AIDS yang tidak didoakan.
* Tahun 2002, hasil studi yang dilakukan terhadap 39 pasien ICU membuktikan, mereka yang didoakan bisa keluar dari Rumah Sakit lebih cepat dibandingkan pasien yang tidak didoakan, walaupun mendapatkan pengobatan yang sama. Banyak ilmuwan semakin yakin manfaat doa bagi kesehatan, dan riset masih terus dilakukan dengan mencermati beragam sisi.
KAITAN ANTARA SPIRITUALITAS DAN KESEHATAN
Dalam buku The Spiritual Brain karya Mario Beauregard, Ph.D & Denyse O’leary dijelaskan bahwa para ilmuwan menawarkan 2 pendekatan spiritualitas. Pertama, pendekatan yang melihat spiritualitas dan kesehatan adalah kebetulan belaka. Kedua, pendekatan yang melihat spiritualitas sebagai produk sampingan perkembangan otak, sehingga kaitan antara spiritualitas baik bagi manusia karena meningkatkan kesehatan secara evolusioner.
Dr. Herbert Benson dari Harvard Medical School Amerika Serikat, adalah perintis bidang yang dikenal sebagai pengobatan medis mind/body. Pendiri Harvard’s Mind/ Body Medical Institute di Boston’s Deaconess Hospital ini berdasarkan pengamatan terhadap pasien akhirnya sampai pada keyakinan:” Bahwa tubuh kita mendapatkan keuntungan dari latihan bukan sekadar otot, melainkan kekayaan utama yang berada di dalam diri manusia: keyakinan, nilai-nilai,pikiran dan perasaan

No comments:

Post a Comment